Zebra Danio (Brachidanio rerio) berasal dari Myanmar, India, dan Srilangka. Ukuran tubuh maksimal sekitar 5 cm. Ikan ini bersifat omnivora, tetapi senang pakan alami permukaan seperti kutu air karena hidupnya di kolam air. Suhu untuk pemeliharaannya agak rendah, antara 25-27° C. Keasaman (pH) sedikit asam sampai netral (6,5-7,0) dan kekerasan antara 6-8° dH.
Daya tarik ikan ini terletak pada garis-garis horisontal putih perak dan biru di badan sampai ke sirip-siripnya. Antara betina dan jantan dapat dibedakan hanya setelah dewasa. Pada betina terdapat garis biru di daerah dubur, sedangkan pada jantan kuning emas.
Telur ikan ini tidak melekat. Untuk itu, dalam pemijahan sebaiknya dibuatkan sekat agar induk tidak memakan telur yang dijatuhkannya. Dapat pula diberi tanaman air yang rimbun agar telurnya tidak tampak. Perbandingan jantan dan betina untuk pemijahan ini biasanya 2 : 1 dan dapat dilakukan secara masal. jumlah induk dalam setup wadah berukuran 1 m2 dapat diisi sekitar 200 ekor.
Umumnya wadah untuk pemijahan berupa kolam atau bak semen. Untuk airnya sebaiknya tidak terlalu tinggi, cukup sekitar 10 cm, agar telur dapat cepat jatuh ke dasar atau sarang berupa tanaman air. Tanaman air yang digunakan sebaiknya dari jenis tanaman dasar seperti ganggang (hydrilla) yang cukup padat. Ini dimaksudkan agar induk tidak memiliki kesempatan untuk memakan telurnya karena terlindung. Airnya harus selalu diganti separonya agar induk bisa terangsang memijah.
Untuk pemijahan masal di kolam, sebelum dipijahkan sebaiknya jantan dan betina dipelihara terpisah. Nanti setelah induk betina tampak benar-benar sudah penuh telur (gendut) barulah dicampur dengan jantan.
Pada saat memijah, jantan akan mengejar betina dan betinanya akan menjatuhkan telur-telurnya ke air. Pada saat itu, jantan akan dengan cepat membuahi telur-telur tersebut. Setelah selesai memijah, jantan akan berhenti mengejar betina.
Telur yang sudah dibuahi tersebut harus cepat diambil atau induknya segera dipindahkan. Agar lebih mudah dipindahkan, dapat pula induknya diletakkan pada jaring di dalam kolam. Dengan cara ini telur akan jatuh ke dasar kolam. Bila sudah selesai memijah, jaring bersama induknya diangkat. Kolam dapat diberi aerasi kecil dari pompa udara. Telur tersebut akan menetas setelah 24 jam. Larvanya akan mulai berenang setelah dua hari menetas.
Penggantian air pada pemeliharaan larva dapat dilakukan setelah larva berenang atau setelah berumur sekitar tujuh hari. Penggantian air ini harus dikerjakan hati-hati dengan jumlah separonya atau sepertiganya saja. Bila diganti total, ikan akan cepat stres karena terjadi perubahan lingkungan yang tiba-tiba. Frekuensi penggantian air setiap tiga hari.
Pakan larva pertama dapat berupa artemia, rotifera, atau infusoria. Sementara kutu air dapat diberikan sesudah larva berumur 3-4 hari. Untuk ikan yang sudah besar atau dewasa, pakannya berupa cacing sutera atau cacing darah. Ukuran 2,2 cm sudah mulai dapat dijual setelah pemeliharaan sekitar 2,5 bulan.
Daya tarik ikan ini terletak pada garis-garis horisontal putih perak dan biru di badan sampai ke sirip-siripnya. Antara betina dan jantan dapat dibedakan hanya setelah dewasa. Pada betina terdapat garis biru di daerah dubur, sedangkan pada jantan kuning emas.
Telur ikan ini tidak melekat. Untuk itu, dalam pemijahan sebaiknya dibuatkan sekat agar induk tidak memakan telur yang dijatuhkannya. Dapat pula diberi tanaman air yang rimbun agar telurnya tidak tampak. Perbandingan jantan dan betina untuk pemijahan ini biasanya 2 : 1 dan dapat dilakukan secara masal. jumlah induk dalam setup wadah berukuran 1 m2 dapat diisi sekitar 200 ekor.
Umumnya wadah untuk pemijahan berupa kolam atau bak semen. Untuk airnya sebaiknya tidak terlalu tinggi, cukup sekitar 10 cm, agar telur dapat cepat jatuh ke dasar atau sarang berupa tanaman air. Tanaman air yang digunakan sebaiknya dari jenis tanaman dasar seperti ganggang (hydrilla) yang cukup padat. Ini dimaksudkan agar induk tidak memiliki kesempatan untuk memakan telurnya karena terlindung. Airnya harus selalu diganti separonya agar induk bisa terangsang memijah.
Untuk pemijahan masal di kolam, sebelum dipijahkan sebaiknya jantan dan betina dipelihara terpisah. Nanti setelah induk betina tampak benar-benar sudah penuh telur (gendut) barulah dicampur dengan jantan.
Pada saat memijah, jantan akan mengejar betina dan betinanya akan menjatuhkan telur-telurnya ke air. Pada saat itu, jantan akan dengan cepat membuahi telur-telur tersebut. Setelah selesai memijah, jantan akan berhenti mengejar betina.
Telur yang sudah dibuahi tersebut harus cepat diambil atau induknya segera dipindahkan. Agar lebih mudah dipindahkan, dapat pula induknya diletakkan pada jaring di dalam kolam. Dengan cara ini telur akan jatuh ke dasar kolam. Bila sudah selesai memijah, jaring bersama induknya diangkat. Kolam dapat diberi aerasi kecil dari pompa udara. Telur tersebut akan menetas setelah 24 jam. Larvanya akan mulai berenang setelah dua hari menetas.
Penggantian air pada pemeliharaan larva dapat dilakukan setelah larva berenang atau setelah berumur sekitar tujuh hari. Penggantian air ini harus dikerjakan hati-hati dengan jumlah separonya atau sepertiganya saja. Bila diganti total, ikan akan cepat stres karena terjadi perubahan lingkungan yang tiba-tiba. Frekuensi penggantian air setiap tiga hari.
Pakan larva pertama dapat berupa artemia, rotifera, atau infusoria. Sementara kutu air dapat diberikan sesudah larva berumur 3-4 hari. Untuk ikan yang sudah besar atau dewasa, pakannya berupa cacing sutera atau cacing darah. Ukuran 2,2 cm sudah mulai dapat dijual setelah pemeliharaan sekitar 2,5 bulan.
Comments
Post a Comment